JAKARTA. Bisnis PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) masih teruji
di tengah kelesuan ekonomi. Berdasarkan kinerja unaudit, produsen Sari
Roti ini mencatat kenaikan penjualan sekitar 16% menjadi Rp 2,17
triliun.
Kenaikan pendapatan itu murni didorong peningkatan
volume penjualan. Bahkan, kenaikannya juga bukan karena kenaikan harga
jual produk. Sepanjang tahun 2015, Nippon Indosari tidak menaikkan harga
jual roti buatannya.
"Pertumbuhan penjualan hanya ditopang oleh
kenaikan volume, sehingga kami yakin perusahaan ini memiliki resiliensi
terhadap pelemahan ekonomi," ungkap Marlene Tanumihardja, analis Samuel
Sekuritas, Selasa (8/3).
Pada saat bersamaan, penurunan biaya
harga bahan baku mengerek margin laba kotor ROTI menjadi 53% dari
sebelumnya 47%. Hal ini otomatis mengerek kualitas margin laba bersih,
ke level 12% dari sebelumnya 10%. Paparan fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS sangat minim.
Pinjaman dan seluruh biaya
bahan baku dalam bentuk rupiah. ROTI juga menggunakan computerised
distribution system, sehingga membantu penetrasi general trade sampai ke
pelosok Indonesia.
"Dengan didukung oleh peningkatan kapasitas
produksi 7% setelah selesainya renovasi pabrik di Blok W, kami
memperkirakan pertumbuhan pendapatan mencapai 15%," jelas Marlene.
Johanes
Prasetia, analis BCA Sekuritas, menilai, terlepas dari segala potensi
seperti fluktuasi harga komoditas yang menjadi bahan baku ROTI, prospek
perseroan tetap menarik. Membaiknya daya beli masyarakat bisa menjadi
katalis positif.
Satu hal yang juga perlu dicermati adalah, ROTI
mulai berekspansi keluar negeri. ROTI membentuk joint venture dengan
perusahaan makanan asal Filipina, Monde Nissin Corporation.
Modal
perusahaan patungan itu mencapai US$ 12,5 juta. ROTI menggenggam 55%
saham atau senilai US$ 6,87 juta an 45% atau senilai US$ 5,62 juta
berasal dari Monde Nissin Corporation. Perhitungan pasti atas potensi
pendapatan joint venture belum jelas.
Tapi, perusahaan
patungan ini akan menghasilkan dampak positif yang signifikan bagi ROTI.
Pertama, jelas karena posisi ROTI yang menjadi pemegang saham
mayoritas. Kedua, Monde Nissin merupakan produsen dan distributor produk
makanan terbesar di Filipina.
"Monde Nissin akan
mendistribusikan produk ROTI di Filipina," ujar Johanes dalam riset 24
Februari lalu. Stevanus Juanda, analis UOB Kay Hian Securities dalam
riset 25 Februari, menilai, ekspansi ROTI dengan Monde Nissin berdampak
positif untuk jangka panjang.
Di jangka pendek, ROTI membutuhkan dana untuk joint venture.
Dengan komposisi saham 55%, ROTI harus mengeluarkan Rp 90 miliar untuk
membangun dua line produksi, yang merupakan bagian joint venture. "Ini
akan menekan laba bersih ROTI Rp 20 miliar-Rp 25 miliar," kata Stevanus.
Marlene dan Johanes kompak merekomendasikan beli saham ROTI,
dengan target harga masing-masing Rp 1.500 dan Rp 1.510 per saham.
Sedangkan Stevanus merekomendasikan tahan, mengingat potensi tekanan
terhadap laba bersih ROTI dengan target harga wajarnya Rp 1.250 per
saham.
Rabu (8/3), harga saham ROTI turun 2,4% menjadi Rp 1.220 per saham.